Fall in to the Dark Side, Korea Selatan Darurat Bullying

Kalcer 17 Oktober 2022 • 07:00

Editor: Inggita Widia

cover
Shutterstock/Lightfield Studios

Nggak bohong, tapi Korea Selatan selain entertainmentnya yang terkenal, perbullyan di sana juga cukup banyak diomongin sama warga dunia.

Kalo lo liat di film-film Korea atau di K-drama, banyak yang nyeritain tentang bully, masalah intimidasi, bahkan senioritas di sekolah. Sad fact, ini benar adanya. Bahkan ada mantan Korean idol yang pernah kena kasus bully di sekolah kayak Kim Garam LE SSERAFIRM ex-membernya girl group HYBE, atau mantan aktor Ji Soo.

Terus pertanyaannya, seberapa serius masalah bully di Korea Selatan khususnya di sekolah? Coba kita liat salah satu sisi gelap negaranya oppa-oppa ini.


Data Penindasan Sekolah Korea

Dikutip dari artikel Creatip.com, jumlah kasus bully di sekolah Korea terus meningkat sejak tahun 2013. Dulu, di tahun 2013 ada 11.749 kasus, tapi jumlah ini meningkat dua kali lipat di tahun 2019 menjadi 31.130 kasus.

Dalam empat tahun terakhir, 50% yang dilaporkan adalah kekerasan fisik tetapi seiring berjalannya waktu, kasus kekerasan verbal, penahanan, pemaksaan, dan kekerasan seksual juga meningkat. Kekerasan verbal, meningkat tajam dari 3.208 pada 2016 menjadi 8.471 kasus pada 2018. Selain itu, pemaksaan meningkat dari 100 kasus pada 2018, menjadi 2.202 pada 2019.

Dengan statistik yang meningkat ini, nggak heran kalo menurut survei Kementerian Pendidikan tentang jumlah korban bully di sekolah menurut wilayah, proporsinya meningkat setiap tahun.

 

 

Hukuman buat Bullying di Sekolah

Antara tahun 2016 dan 2019, dari semua siswa yang dihukum, 73.912 kasus (29,25%) minta maaf secara tertulis, sedangkan 50.051 kasus ringan. 46.194 kasus mengakibatkan korban butuh pendidikan khusus atau perawatan psikoterapi dan 37.373 kasus dalam layanan sekolah buat para siswa yang dituduh.Sedangkan buat para pelaku, ada 7.895 kasus (3,12%) pindah dan 625 (0,25%) dikeluarkan.

Ngeliat jumlah ini, banyak pakar pendidikan dan politisi yang nggak puas sama hukuman buat pelaku bullying. Menurut mereka hukumannya terlalu ringan, pelaku harusnya dikasih pelajaran yang setimpal sama perilaku mereka biar mereka bisa dapet pelajaran dan konsekuensi tindakan mereka.

 

 

Klasifikasi Bullying Korea

Klasifikasi hukuman buat pelaku bullying di sekolah Korea dibagijadi sembilan kategori: Level 1 adalah hukuman paling ringan, yaitu hukuman tertulis buat korban. Level 2 adalah untuk melindungi korban dan Level 3 adalah layanan tenaga kerja.

Level 4, pengabdian masyarakat, dikasih buat pelaku kasus bullying yang relatif serius. Level 5 adalah pendidikan khusus dan perawatan psikologis, kalo di intro awal gue sempet mention nama Kim Garam, dia dapet hukuman di level 5 ini. 

Level 6 adalah di skors sementara dari sekolah. Level 7, siswa dilarang hadir. Level 8, pelaku akan dipindahkan dari sekolah. Dan yang paling tinggi adalah level 9, yaitu dikeluarkan dari sekolah.

Tapi, banyak orang yang masih belum puas sama hukuman ini. Terutama karena catatan bullying bisa dihapus setelah dua tahun lulus sekolah, tujuannya buat ngejaga reputasi siswa. Makanya, pas lulus sekolah pelaku bullly tetap bisa ngelanjutin hidup dengan baik, sedangkan para korban tetap dibiarin aja sama rasa sakit dan trauma.


Bully selain di sekolah

Selain kasus bullying di sekolah, laporan kasus di tempat kerja, olahraga, dan militer semuanya meningkat, beberapa di antaranya mengakibatkan kematian, yang menjadi perhatian besar di seluruh negeri.

Menurut survei yang dilakukan sama majalah psikologi Korea, lebih dari 1 dari 10 pekerja menderita intimidasi hampir setiap hari; 5 sampe 6 pekerja kantoran ngerasa diintimidasi seenggaknya sebulan sekali. Dan di tahun 2017 tercatat sebanyak 70% pekerja pernah mengalami bullying.

 

 

Inget Olimpiade Musim Dingin PyeongChang tahun 2018, nggak? Ada kontroversi Park Ji Woo, Kim Bo Reum, dan Noh Seon Young yang berkompetisi di Ladies Speed Skater 500 meter. Noh Seon Young tertinggal sama Kim Bo Reum dan Park Ji Woo pas lagi kompetisi yang nyebabin mereka gagal lolos ke semifinal. 

Eh, pas diwawancara, kedua atlet tersebut malah bilang kalo Noh Seon Young terlalu lambat. Dan terbongkarlah bahwa Noh Seon Young sendiri sering ditinggal sama rekan setimnya pas lagi latihan, dan mereka juga hampir nggak pernah latihan bareng.

Insiden ini menyebabkan banyak orang Korea Selatan marah. Mereka bilang, harusnya atlet nggak boleh punya sikap kayak gitu, orang-orang kayak gitu harusnya juga nggak boleh diizinin buat jadi ngewakili negara jadi atlet nasional. 

Ges, hari ini kita udah ngebahas masalah bullying yang lebih serius di Korea. Tapi, gue yakin bully nggak cuma ada di Korea Selatan aja, hampir disetiap negara pasti ada. Gue juga yakin pas di sekolah lo sering julid ke adek kelas yang pake baju ketat, kan? Itu juga termasuk bully loh.

Pesan gue cuma udah deh, berhenti jadi tukang bully. Lo nggak keren, sumpah.

Why don't you check this?