Dinas Perhubungan (Dishub) DKI Jakarta mengakui ibu kota akhir-akhir ini makin macet. Kalo kata netizen sih, kemacetan disumbang karena semua perusahaan serempak Work From Office (WFO) setelah pandemi COVID-19. Ditambah lagi, akses transportasi umum sekarang masih kurang mengakomodasi volume penumpang di Jakarta.
Pemprov DKI pun mengakui bahwa macetnya Jakarta semakin meningkat beberapa hari terakhir. Kepala Dinas Perhubungan DKI Syafrin Liputo membeberkan dua faktor penyebab kemacetan di Jakarta.
Pembangunan Transportasi Umum, Salah Satunya LRT
Faktor pertama adalah adanya proyek infrastruktur transportasi umum di berbagai jalanan di Jakarta. Syafrin berharap kemacetan bisa terurai setelah pembangunan transportasi umum seperti LRT Jabodebek rampung tahun ini.
"Kami harapkan setelah jaringan LRT Jabodebek terbangun dan ini akan dioperasionalkan, maka mobilitas masyarakat tidak lagi mengandalkan angkutan kendaraan pribadi, tetapi langsung naik angkutan umum," kata Syafrin di Balai Kota DKI Jakarta, Senin (13/2), dilansir Kompas.com.
"Contohnya mulai dari MT Haryono ke barat, kemudian Gatot Subroto belok kanan ke Rasuna Said itu ada beberapa lajur yang titiknya menjadi tidak ideal karena terdampak pembangunan tiang LRT Jabodebek. Tadinya 4 lajur diambil 1 lajur, kini menjadi 3 lajur," kata Syafrin.
Pembangunan Jalan Tol
Faktor kedua adalah pembangunan jalan tol di Jakarta Utara, tepatnya di Jalan RE Martadinata. Akibat pembangunan yang belum rampung, sering ada rekayasa lalu lintas di area tersebut.
"Sehingga terjadi kepadatan karena memang cukup panjang dari kawasan JIS ke barat itu menjadi 2 lajur. Itu juga perlu dipahami bahwa di beberapa ruas jalan lebar yang menjadi tidak optimal," kata Syafrin.
Syafrin juga berharap, setelah transportasi umum di Jakarta ditunjang dengan fasilitas yang memadai, masyarakat bisa beralih dari transportasi pribadi ke transportasi umum.
Jabodetabek Rugi Rp71,4 Triliun
Pengamat Transportasi dari Unika Soegijapranata, Djoko Setijowarno, mencatat kerugian ekonomi akibat macet di Jabodetabek mencapai Rp 71,4 triliun per tahun. Banyak orang yang rugi BBM dan rugi waktu.
"Dampak sekarang, kerugian ekonomi akibat kemacetan di Jabodetabek sebesar Rp 71,4 triliun per tahun akibat pemborosan bahan bakar dan waktu hilang. Terjadi pemborosan BBM sebesar 2,2 Juta liter per hari," kata Djoko dalam keterangannya, Senin (13/2).
Djoko meyakini kendaraan pribadi jadi penyumbang terbesar kemacetan di Jakarta, Kalau dibiarkan, angkutan perkotaan terancam punah.
Yuk guys, naik transportasi umum ajah ketimbang kendaraan pribadi~~~