Pernah galau? Kalo nangis karena abis putus pasti pernah dong? Gagal move on? Perasaan-perasaan kayak gitu emang menyakitkan, rasanya kayak nyakitin jiwa dan raga seolah-olah dunia udah mau hancur.
Ya emang agak lebay, tapi lo harus mulai menerima perasaan itu setelah putus sama pacar dan memvalidasi emosi lo.
Emosi negatif ini dipengaruhi sama peningkatan hormon stres kortisol, adrenalin, dan noradrenalin. Disaat yang sama, hormon bahagia serotonin dan oksitosin dalam tubuh menurun. Hormon patah ini juga bisa nyebabin beberapa gejala fisik yang bikin orang ngerasa sakit.
Lo pikir gue asal ngomong doang? No, bestie. Ada ilmu dibalik kenapa putus cinta bisa semenyakitkan itu.
Baca juga: Overthinking Session: Kenapa Orang Pacaran Bisa Putus?
Why does heartbreak hurt so much?
Ada alasan fisiologis kenapa patah hati bisa menyakitkan, gejala ini bukan cuma ada di pikiran lo, tapi ada gejala nyata.
Kata Dr. Deborah Lee, seorang penulis medis di Dr Fox Online Pharmacy di Inggris, “saat lo jatuh cinta, ada pencurahan hormon secara alami.” termasuk hormon oksitosin dan dopamin (hormon merasa nyaman). Tapi, pas lo putus cinta, kedua hormon itu turun. Disaat yang sama, ada peningkatan hormon stress yang bernama kortisol.
Meningkatnya kortisol ini berpengaruh sama meningkatnya juga tekanan darah, berat badan, jerawat, sampai peningkatan kecemasan.
Putus dari pacar juga mengaktifkan area otak yang berhubungan sama rasa sakit fisik. Ada studi tahun 2011 di jurnal Biological Science. Ada salah satu peserta baru aja dicampakkin sama mantan pacarnya. Terus pas peserta tersebut dikasih liat foto mantan, scan MRI di area otaknya menunjukkan area yang biasa terjadi karena cedera fisik, termasuk korteks somatosensori sekunder dan insula posterior dorsa, aktif.
Seorang dokter psikologi klinis dan terapis di klinik Terapi Pasangan bernama Eric Ryden bilang, “Efek neurobiologis dari patah hati bisa mencapai ketinggian sedemikian rupa sehingga sama dengan rasa sakit fisik. Gejala fisik ini sendiri seperti nyeri dada, serangan panik, dan seperti merasa terpukul atau hancur.”
“Patah hati juga melibatkan beberapa mekanisme saraf yang sama kayak rasa sakit fisik.”
Sistem saraf simpatik dan parasimpatis, yang biasanya cuma aktif salah satu doang, kalo pas patah hati dua-duanya bisa aktif secara bersamaan.
Sistem saraf simpatik bertanggung jawab atas respons melawan atau lari tubuh, mempercepat detak jantung dan pernapasan, sedangkan sistem saraf parasimpatis bertanggung jawab atas tubuh saat istirahat. Hormon yang dilepas pas patah hati mengaktifkan dua bagian sistem saraf ini.
Karena saraf simpatik dan parasimpatik aktif secara bersamaan, otak dan jantung yang ngerespon saraf ini jadi bingung karena nerima pesan yang campur aduk. Hal ini bisa mengakibatkan gangguan pada aktivitas listrik jantung, dengan variabilitas detak jantung yang lebih rendah.
Butuh bukti? Janda dan duda punya risiko kematian 41% lebih tinggi pada enam bulan pertama setelah kehilangan pasangan. Ini menurut penelitian di jurnal Psychoneuroendocrinology ya.
Sindrom patah hati
Dalam kasus yang jarang terjadi, perasaan patah hati bisa jadi kondisi medis yang dikenal sebagai kardiomiopati takotsubo — atau sindrom patah hati. Menurut Mayo Clinic, kondisi jantung ini disebabkan oleh tingkat stres yang tinggi atau emosi yang ekstrim, serta pembedahan atau terkadang penyakit fisik. Ini menyebabkan perubahan sementara pada cara jantung memompa darah dan terkadang menyebabkan jantung memompa lebih keras, yang sering dialami sebagai nyeri dada.
Patah hati juga bisa bikin orang putusin kontak mereka sama mantan. Kalo kata ahli sih, itu adalah salah satu cara manusia bertahan hidup.