Bingun kan lo, udah pacaran bertahun-tahun ujung-ujungnya putus. Udah nikah bertahun-tahun, ujung-ujungnya cerai.
Kalo lo sama ayang lo yang nggak seberapa itu putus, kan yang ribet penonton Instastory lo. “Ya elah ni anak tiap hari kerjannya galau mulu” gitu katanya. Story lo titik-titik isinya cuma foto langit dan backsound lagu galau.
Malah nih ya, orang-orang yang hubungannya lagi diambang kehancuran sering curhat ke temennya. “Kenapa percintaan gue selalu gagal? Apa yang salah sama gue? Kapal gue tenggelam mulu deh. Ini masa depan kisah cinta gue gimana dong?”
Iya, putus tuh emang syulit. Sesyulit melupakan Reyhan. Mau hubungan lo masih baru, atau pernikahan yang udah lama. Putus ya putus, sakit hatinya tetap ada. Ada penelitian yang terbit di Journal of Family Psychology yang menunjukkan kalo putus cinta bisa meningkatkan tekanan psikologis dan mengurangi kepuasan hidup. Efek negatif dari putus cinta bisa ngaruh ke mental health lo. Malah, bisa ada orang yang bertahun-tahun nggak bisa move on dari mantannya.
Pas hubungan lo gagal sama doi, lo bisa cari tau apa yang salah. Bukan maksudnya nyari siapa yang bisa disalahin ya. Tapi, cari tau apa yang salah dari hubungan lo. Kan nanti lo juga bisa mencegah hal itu keulang lagi dihubungan lo selanjutnya.
Inget ya, akhir dari kisah cinta lo dan doi bukan berarti akhir dari dunia juga. Kadang ada saat-saat tertentu lo harus menormalisasi putus cinta. Ini demi masa depan yang baik. Putus cinta adalah bagian dari kehidupan. Kira-kira ada setengah dari pernikahan ditahun pertama berakhir dengan perceraian. Dan penelitian menunjukkan kalo lebih dari satu dari tiga orang yang belum menikah antara umur 18 - 35 tahun ngalami putus cinta seenggaknya sekali dalam dua tahun terakhir.
Baca juga: Punya Ayang Pasif-Agresif? Chill… Gini Cara Menghadapi Doi
Terus kenapa orang bisa putus?
Menurut penelitian ilmiah yang dilakukan ke pasangan di Inggris dan diterbitkan dalam jurnal PLOS-ONE, ada 12 alasan utama kenapa pasangan putus. Ini bukan orang pacaran doang ya, yang udah nikah juga termasuk.
- Jauh secara emosional
- Argumen
- Ketidaksetiaan
- Kurangnya rasa hormat ke pasangan
- Punya minat yang berbeda
- Moved
- Masalah keuangan
- Nggak berbagi pekerjaan rumah
- Masalah seks
- Kekerasan dalam rumah tangga
- Nggak punya anak
- Minum-minum/narkoba/judi
Menariknya, buat perempuan dan laki-laki hasilnya hampir sama. Kedua jenis kelamin ini nyebutin kalo jauh secara emosional dan argumen adalah 2 faktor utama kenapa bisa pisah. Jauh secara emosional yang dimaksud adalah lo dan pasangan lo ngerasa nggak saling dekat padahal komunikasi lo lancar-lancar aja.
Kalo masalah kurang rasa hormat atau respect, perempuan lebih sering ngalami ini daripada laki-laki. Faktor besar lain yang bikin perempuan putusin hubungan adalah masalah keuangan, nggak berbagi pekerjaan rumah, dan kekerasan dalam rumah tangga.
Penelitian lain yang diterbitkan di Journal of Social and Personal Relationships menemukan banyaknya masalah yang akhirnya berujung pada perceraian (misalnya masalah komunikasi dan perselingkuhan). Tuh, penting makanya buat peka sama lingkungan sekitar dan peka sama tanda-tanda red flag dari doi.
Penting untuk memperhatikan tanda-tanda peringatan lebih awal dan tidak mengharapkan hal-hal ini untuk memperbaiki diri sendiri. Jangan bodoh karena cinta ygy.
Karena, banyak juga yang pas habis putus atau cerai kesehatan psikologi mereka malah meningkat.
Jadi Kesimpulan….
Putus cinta bisa jadi pengalaman yang menghancurkan hati dan emosi. Tapi, penting juga buat lo ngeluangin waktu buat ngerenung apa yang salah dan memperbaiki diri. Kalo kata penelitian nih ya, perpisahan yang menyakitkan adalah kalo lo udah hidup bareng mereka. Udah tinggal bareng, berbagi keuangan, punya anak, atau hewan peliharan bareng.
Source article: Psychology Today
Baca juga: 6 Ciri Pacar Lo Manipulatif dan Full Red Flag, Run Bestie Run!