Studi Bongkar Alasan Lagu-lagu Kekinian Terdengar Monoton

Lifestyle 09 Juli 2024 • 12:16

Editor: Lulu Azizah

cover
MusicTech

Lo ngerasa enggak sih, lagu-lagu hits yang yang lo dengerin saat ini terdengar monoton dan ‘gitu-gitu aja’. Dibanding lagu yang dirilis pada beberapa dekade sebelumnya, lagu-lagu hits yang sering lo dengar saat ini cenderung mirip satu sama lain dan membosankan. 

Well, pemikiran lo enggak salah kok guys. Sebab, memang ada penelitiannya. Sebuah studi terbaru mengungkapkan perubahan musik yang terjadi saat ini disebabkan oleh kemunculan genre-genre musik baru selama beberapa dekade, seperti genre stadium rock, disko, dan hip-hop. 

Salah satu ilmuwan dalam penelitian yang dilakukan Queen Mary University of London ini, Madeline Hamilton, mengatakan hasil penelitian terbaru ini bukan berarti industri musik mengalami kemunduran.

“Dugaan saya adalah bahwa aspek-aspek lain dari musik menjadi lebih kompleks dan melodi menjadi lebih sederhana sebagai cara untuk mengimbanginya," kata Hamilton, dikutip dari CNN Indonesia. 

Adobe Stock

Hamilton mencatat musik pada beberapa dekade sebelumnya dibuat dengan menggunakan sejumlah instrumen, yang dimana lagu-lagu yang dihasilkan lebih rumit karena ditambahkan melalui vokal. 

Berbeda dengan lagu-lagu hits saat ini yang menggunakan banyak lapisan dan tekstur suara.

Dalam penelitian yang diterbitkan dalam jurnal Scientific Reports ini, Hamilton enggak bekerja sendirian guys, melainkan bersama rekannya Marcus Pearce. Mereka menganalisis bagaimana lagu-lagu yang masuk dalam jajaran lima besar tangga musik single akhir tahun Billboard AS setiap tahun antara tahun 1950 dan 2022. 

Lagu-lagu tersebut diantaranya adalah Heartbreak Hotel dari Elvis Presley, Hey Jude dari The Beatles, Vogue dari Madonna, Poker Face dari Lady Gaga, dan Irreplaceable dari Beyonce.

Dilansir dari CNN Indonesia, Hamilton dan Pearce menganalisis delapan fitur yang yang berkaitan dengan nada dan struktur ritme melodi. 

Hasilnya, rata-rata kompleksitas melodi menurun dari waktu ke waktu, dengan dua penurunan besar pada tahun 1975 dan 2000, serta penurunan yang lebih kecil pada tahun 1996. 

Menurut Hamilton, penurunan ini disebabkan karena munculnya genre musik yang berbeda, dengan penurunan pertama terjadi pada saat musik rock dan disko menjadi populer.

Adobe Stock

"[Penurunan] sekitar tahun 2000 [mungkin] setidaknya sebagian disebabkan oleh munculnya hip-hop, karena melodi-melodi tersebut sangat berbeda. Biasanya melodi-melodi tersebut sangat sederhana," kata Hamilton.

Sementara itu, penurunan yang lebih kecil pada tahun 1996 terjadi karena kemunculan genre musik hip-hop dan disebabkan juga oleh pengaruh lain seperti munculnya workstation audio digital, yang memudahkan untuk mengulang bagian dan frasa dalam lagu.

"Kami merasa hal ini dapat menyebabkan peningkatan pengulangan dalam melodi," katanya.

Tapi perubahan pada melodi enggak selalu mencerminkan gambaran keseluruhan. Hasil analisis tersebut juga mengungkapkan bahwa tangga lagu telah menunjukkan peningkatan kepadatan nada (jumlah nada yang dinyanyikan per detik) terutama sejak tahun 2000.

"Jika Anda memiliki melodi [dengan] banyak nada per detik, hal tersebut membatasi seberapa kompleks [melodi] tersebut," kata Hamilton.

"Sedangkan jika Anda bernyanyi lebih lambat, Anda bisa menyanyikan lebih banyak nada yang tidak terduga, atau Anda bisa melakukan lompatan yang lebih besar dan sebagainya."

Saat ini, Hamilton mengungkapkan tengah memperluas analisisnya untuk memasukkan aspek-aspek lain dari musik.

"Saat ini, kami sedang meneliti akord. Kami juga ingin memperluas analisis kami dengan memasukkan lebih banyak lagu, untuk melihat apakah tren ini [untuk melodi] berlaku untuk musik yang lebih besar," tutupnya.
 

 

Nikmati "satu aplikasi, beragam hiburan terkini" mulai dari berita, kuis, video, dan artikel rekomendasi terkini eksklusif untuk Gen Z dan Milenial. Tunggu apa lagi? Unduh aplikasi KUY! sekarang di Google Play Store dan App Store.

Why don't you check this?