Tak Ada Privasi & Air, Wanita Palestina Terpaksa Minum Pil Penunda Menstruasi

Lifestyle 02 November 2023 • 14:54

Editor: Lulu Azizah

cover
Istimewa

Agresi yang dilakukan oleh pemerintah Israel ke Gaza masih terus berlanjut hingga detik ini. Akibatnya, banyak korban berjatuhan dan sebagian besar wanita di Palestina terpaksa meminum pil penunda menstruasi karena keterbatasan air dan juga privasi.
Oh nooo:(

Para korban yang terkena imbas serangan Israel dan rumahnya hancur, mau enggak mau harus pindah ke kamp pengungsian yang padat dan minimnya akses terhadap air bersih.

Selain itu, para korban wanita juga mengalami keterbatasan produk-produk kebersihan menstruasi, seperti pembalut atau tampon. 

Faktor inilah yang membuat banyak wanita di Palestina akhirnya terpaksa mengkonsumsi tablet norethisterone. Obat ini biasanya diresepkan untuk kondisi pendarahan menstruasi yang parah, rasa enggak nyaman dan nyeri saat menstruasi, dikutip dari Al-Jazeera. 

Menurut Dr Walid Abu Hatab, seorang konsultan medis kebidanan dan ginekologi di Nasser Medical Complex di selatan kota Khan Younis, tablet  norethisterone ini bekerja dengan cara menjaga kadar hormon progesteron tetap tinggi sehingga menghentikan rahim untuk melepaskan lapisannya dan akhirnya menunda menstruasi.

 

Apakah berbahaya?

Menurut para medis profesional, pil penunda menstruasi ini mungkin memiliki sejumlah efek samping seperti mens yang enggak teratur, mual, perubahan siklus menstruasi, pusing, dan perubahan suasana hati (mood swings). 

Tapi, beberapa wanita di Gaza, Palestina enggak punya pilihan selain mengambil risiko ini di tengah gencarnya serangan Israel dan blokade di Gaza.

Apalagi serangan bom dari Israel yang enggak ada hentinya hingga membuat para korban terutama wanita merasakan insomnia, tekanan yang parah, dan rasa stres yang meningkat. 

Bahkan, ada salah satu wanita Palestina yang mengaku mengalami menstruasi sampai 2 kali dalam sebulan karena tingkat stres yang tinggi akibat serangan Israel. 


Tak ada privasi, air, dan pembalut wanita

Salah satu korban di kamp pengungsian Gaza, Samira Al-Saadi, berharap dia bisa berbuat lebih banyak untuk putrinya yang berusia 15 tahun dan baru mendapatkan menstruasi pertamanya beberapa bulan lalu. 

Samira mengatakan kalo putrinya kewalahan mengatur menstruasinya di tempat pengungsian yang padat. 

“Dia membutuhkan pembalut dan air untuk mencuci, tapi kebutuhan dasar ini tidak tersedia,” kata Samira.

Samira takut membelikan putrinya pil penunda menstruasi karena dia khawatir pil tersebut akan berdampak pada kesehatan anaknya.

wanita palestina minum pil penunda menstruasi

dok. Al-Jazeera

“Dia tidak mengerti kenapa dia harus melalui semua ini.Saya mencoba membantunya, tapi apa yang dia butuhkan tidak ada” tambahnya.

Korban lainnya Ruba Seif yang juga tinggal di tempat penampungan bersama keluarganya juga merasakan hal yang serupa. 

“Tidak ada privasi, kamar mandi tidak memiliki air mengalir, dan kami tidak bisa keluar dengan mudah untuk mencari apa yang kami butuhkan,” kata wanita berusia 35 tahun itu.

“Saya tidak dapat menahan kram menstruasi selain rasa takut yang terus-menerus kami alami, kurang tidur, dan kedinginan karena tidak cukup selimut.” tutupnya.

Kita doakan aja ya guys semoga perang ini cepat selesai dan warga Palestina selalu diberikan kekuatan menghadapi semuanya!


 

Nikmati "satu aplikasi, beragam hiburan terkini" mulai dari berita, kuis, video, dan artikel rekomendasi terkini eksklusif untuk Gen Z dan Milenial. Tunggu apa lagi? Unduh aplikasi KUY! sekarang di Google Play Store dan App Store.
 

Why don't you check this?