Baru-baru ini, empat negara di Asia Tenggara yang terdiri dari Singapura, Malaysia, Thailand, dan Brunei Darussalam bersama-sama mendaftarkan kebaya sebagai warisan budaya tak benda ke UNESCO.
Rencananya, keempat negara ini akan mendaftarkan kebaya secara resmi ke UNESCO pada Maret 2023 mendatang. Maka dari itu, kesempatan untuk bergabung dalam nominasi multinasional ini masih terbuka lebar bagi negara-negara Asia Tenggara lainnya.
Kebaya bukan punya Indonesia?
Pasti lo mengira kalo kebaya yang sering lo lihat itu asli warisan budaya Indonesia ya? Eits, ternyata nggak gitu guys. Harus kita akui kalo negara-negara ASEAN lain juga memiliki kebaya meskipun menggunakan ‘istilah’ yang berbeda.
Fyi guys, asal kata kebaya sendiri berasal dari bahasa Arab, yakni ‘Abaya’ yang artinya pakaian dengan belahan terbuka.
Sebetulnya ada banyak teori soal asal-usul kebaya. Salah satunya soal kebaya dibawa oleh orang Portugis ke Malaka, lalu dipakai oleh orang Melayu hingga China saat berdagang, lalu menyebar ke peradaban kawasan Melayu, seperti Indonesia dan Malaysia.
Baca juga: Cat Supremacy! Kucing Busok Asli Madura Akhirnya Diakui Dunia
Mungkin itulah alesannya kenapa negara-negara di Asia Tenggara punya kebaya mereka sendiri. Hal ini bisa jadi karena dibawa oleh para pedagang China, Arab dan Portugis lalu menyebar ke negara-negara Melayu, termasuk Indonesia.
BBC
Ada dua model kebaya yang populer banget dikenal masyarakat, yakni kutubaru dan encim. Kebaya encim atau sering disebut ‘kebaya nyonya’ adalah model kebaya terinspirasi dari pakaian Tionghoa dan akhirnya ditetapkan sebagai pakaian tradisional di Malaysia dan Singapura.
Sementara, kebaya model kutubaru diyakini berasal dari Jawa Tengah. Nah, kebaya inilah yang sering diakui sebagai pakaian tradisional Indonesia guys. Kebaya kutubaru ini biasanya sering dikombinasikan dengan bawahan kain khas daerah masing-masing.
Perjalanan panjang kebaya di Indonesia
Foto: Roger Viollet via Getty Images/ND
Istilah ‘kebaya’ juga ada dalam catatan Gubernur Hindia Belanda Thomas Stamford Raffles yang akhirnya dibukukan dalam History of Java (1817). Menurut sejarah, kebaya diyakini merupakan pakaian kerajaan yang digunakan oleh permaisuri dan selir sejak Kerajaan Majapahit.
Seiring islam masuk ke Indonesia, kebaya yang model awalnya berbentuk seperti kemben pun akhirnya mulai berevolusi jadi lebih tertutup.
Baca juga: Kenapa Indonesia Dinobatkan Jadi Negara Paling Dermawan 5 Tahun Berturut-turut?
Selanjutnya, kebaya menjadi pakaian kebesaran perempuan keraton Jawa di Abad ke-V dengan bahan berupa beludru, sutra ataupun brokat yang digunakan dengan kain panjang dan tambahan aksesoris bros.
Masyarakat biasa pun akhirnya bisa menggunakan kebaya. Meski dengan bahan yang dengan bahan yang lebih ringan semacam kain sifon dan tanpa mengenakan aksesoris bros.
Kesimpulan
Jadi, kebaya bukan hanya berasal dari Indonesia ya guys. Negara-negara di ASEAN lain yang dilintasi oleh pedagang Tionghoa, Arab hingga Portugis juga memiliki kebaya, meski ‘istilah’nya berbeda. Hal yang membedakan kebaya Indonesia dengan negara-negara lainnya adalah model kebaya dan cara pemakaiannya.
Kebaya kutubaru yang dikombinasi dengan kain panjang khas daerah inilah diyakini sebagai pakaian asli Indonesia.