New York Legalkan Jasad Manusia Jadi Pupuk Kompos, Gimana Cara Kerjanya?

Sci & Tech 04 Januari 2023 • 14:16

Editor: Lulu Azizah

cover
Recompose? Sabel Roizen

Gubernur New York Amerika Serikat, Kathy Hochul, baru aja melegalkan pembuatan dan penggunaan pupuk kompos yang berasal dari jasad manusia yang udah meninggal. Hah? Orang meninggal bisa jadi kompos? Iyap!

Kebijakan baru ini membuat New York menjadi negara bagian keenam di AS yang melegalkan penggunaan pupuk kompos dari jasad orang meninggal dan memberi hak kepada warga New York untuk menggunakan metode penguburan yang lebih ramah lingkungan. 
 
Akhir-akhir ini cara pengomposan jasad manusia secara alami memang lagi populer banget nih di kalangan para aktivis lingkungan hidup. Tapi, sebenarnya apa sih pengomposan jasad manusia itu?

Jadi, manusia yang udah meninggal dunia nggak langsung dikubur guys, melainkan ditaruh dalam sebuah wadah kemudian dibiarkan terurai secara alami hingga berubah menjadi tanah yang subur. 

Baca juga: Google Bikin AI yang Bisa Terjemahkan Tulisan Dokter Biar Gak ‘Susah Dibaca’

 

Terus, gimana caranya jasad manusia bisa jadi kompos?

Disclaimer dulu, jasad manusia yang udah meninggal nggak bisa langsung dijadikan kompos begitu aja ygy. Tapi, jenazah harus dikirim terlebih dulu ke perusahaan pemakaman yang disertifikasi. 

Maksudnya, pemakaman tersebut harus memiliki fasilitas reduksi organik, bisa menampung jasad manusia, memiliki ventilasi yang sesuai, dan nggak berisi baterai maupun perangkat radioaktif lainnya. 

Saat dalam proses pengomposan, jasad manusia akan dimasukkan ke dalam sebuah wadah tertutup yang berada di atas hamparan bahan organik seperti serpihan kayu. Kemudian, jasad tersebut akan dibiarkan membusuk hingga akhirnya terurai sendiri.

Fyi, proses ini biasanya memakan waktu selama dua bulan guys. Nah setelah terurai, biasanya satu jasad manusia akan menghasilkan sekitar 36 kantong tanah yang subur dan kaya akan nutrisi. 

Terus, kantong yang  berisi kompos manusia itu akan dikembalikan kepada pihak keluarga untuk disebarkan di sejumlah tempat sesuai keinginan keluarga. 

Cara pengomposan jasad manusia ini dinilai lebih ramah lingkungan dibandingkan proses pemakaman, seperti kremasi dan penguburan pada umumnya. Cara ini juga dianggap para aktivis lingkungan sebagai solusi untuk mengatasi ancaman perubahan iklim. 

"Kremasi menggunakan banyak bahan bakar fosil dan penguburan memakan banyak lahan serta meninggalkan jejak karbon," kata Pendiri Yayasan Recompose, Katrina Spade, dikutip dari Associated Press.

Sebelumnya, Washington merupakan negara bagian pertama yang melegalkan pengomposan manusia sejak 2019. Pelayanan pemakaman pengomposan manusia yang terkenal di Washington dan dikelola negara adalah Return Home.

Setelah Washington, negara-negara bagian lainnya di AS pun ikutan nih guys, seperti Colorado, Oregon, Vermont, dan California dalam jangka waktu yang berbeda. 

Baca juga: Dishub DKI Kerja Sama Bareng Google Bikin Teknologi AI untuk Urai Kemacetan

 

Tapi, beneran efektif nggak sih pengomposan manusia ini?

Menurut Profesor Kesehatan Lingkungan Unair, Prof. Ririh Yudhastuti, pengomposan manusia memiliki resiko menularkan penyakit yang dibawa oleh si jasad. Selain itu, di Indonesia juga nggak mungkin bisa diterapkan karena nggak lazim dalam agama Islam. 

“Karena takutnya akan menyebarkan penyakit. Contohnya hewan yang kena penyakit antraks, rabies, atau penyakit lain itu menguburnya pun kalau orang dulu menggunakan gamping. Itu artinya apa? kita mematikan mikroorganisme, parasit atau apa (dan sejenisnya. Red) baru kita kubur. Atau kalau bisa kita bakar atau kremasi. Itu fungsinya mematikan kuman-kuman yang nanti bisa tumbuh pada tanaman," ungkapnya, dilansir dari laman Unair. 

Apalagi bila jasad itu terinfeksi virus Covid-19, yang ternyata memiliki tingkat penularannya tinggi Dengan begitu, jasad tersebut harus dikubur sedalam 3 meter atau lebih serta tidak berada di sekitar sumber air.

Gimana guys, lo tertarik nggak kalo meninggal dijadiin kompos? Mayan kan jadi orang yang bermanfaat sampai akhir hayat~

Why don't you check this?