A to Z Tragedi Kanjuruhan Malang, Arema FC Didemo hingga Pertimbangkan Bubar?

Sports & Esports 30 Januari 2023 • 18:39

Editor: Kuy

cover
Komisaris PT Arema Aremania Bersatu Berprestasi (PT AABBI), Tatang Dwi Arifianto/Arema FC

Tragedi Kanjuruhan udah mau 4 bulan. Cuma kasus ini belum juga kelar-kelar.

Sejauh ini, ada beberapa pihak yang paling diminta banget pertanggungjawabannya. Pertama kepolisian, kedua Arema FC, ketiga PSSI beserta PT LIB yang jadi operator kompetisi Liga 1.

Tapiii, semua jadi sana sini. Kalo dirunut dan kilas balik, mungkin info ini bisa jadi gambaran buat lo yang pengin tau gimana awal sampe update terkini.

Awalnya kenapa?

Pada 1 Oktober 2022, ada laga Arema FC vs Persebaya. Ini duel klasik yang disebut Derby Jawa Timur. Di laga ini, Arema yang jadi tuan rumah di Stadion Kanjuruhan kalah dengan 2-3.

Enggak terima dengan kekalahan dari rival abadi, pendukung Arema yang menamai diri mereka Aremania turun ke lapangan buat protes. Cuma, di sini jadi titik awal nama Tragedi Kanjuruhan mendunia.

Di lapangan emang ngapain?

Sejumlah sumber menyatakan suporter diduga mau ngelampiasin ekspresi mereka aja sama pemainh. Cuma, sikap ini dinilai lain sama pihak kepolisian yang ikut ngawal pertandingan. 

Oleh pihak kepolisian, pendukung yang turun ke lapangan dilerai pakai tembakan gas air mata. Sampai akhirnya, peristiwa ini bukan lagi jadi pembubaran massa biasa karena ada korban yang meninggal di tempat.

Baca juga: Eks Dirut PT LIB Tersangka Kanjuruhan Bebas dari Penjara, Unsur Pidana Belum Terpenuhi

Berapa orang yang meninggal?

Setelah beberapa hari kejadian itu, Dinas Kesehatan Kabupaten Malang, Wiyanto Wijoyo, mengonfirmasi kalo 135 orang meninggal dunia atas Tragedi Kanjuruhan.

Adapun, rincian yang dimuat Tempo, sebanyak 34 orang meninggal di dalam stadion. Sementara korban lainnya, meninggal di rumah sakit pas lagi proses pertolongan. FYI, yang meninggal ada dari suporter dan anggota polisi.

Twitter/@wepe20_

Penyebabnya emang karena tembakan gas air mata?

Kalo kata mantan Kapolda Jatim, Irjen Nico Afinta, korban meninggal dunia karena penumpukan massa.

"Terjadi penumpukan di dalam proses penumpukan itulah terjadi sesak nafas kekurangan oksigen," kata Nico sehari setelah kejadian.

Cuma, ada beberapa pemberitaan yang enggak masuk di logika. Dan sebagai gambaran umumnya [bahkan menjurus detail, silakan baca tweet dari Sam Rezqi Wahyu ini:

Semoga setelah lo baca utas dari Sam Rezqi, lo bisa punya jawaban, ya.

Terus penyelesaiannya gimana?

Pemerintah langsung turun tangan. Sebelumnya, Presiden Jokowi ngasih mandat ke sejumlah pihak buat ngusut tuntas kasus ini biar enggak keulang.

Pemerintah akhirnya ngebentuk Tim Gabungan Independen Pencari Fakta alias TGIPF yang dikepalai oleh Menko Polhukam, Mahfud MD.

Cuma, kalo kata Pikiran Rakyat, rekomendasi TGIPF enggak menyelesaikan masalah. Lebih ke arah formalitas aja.

TGIPF minta Ketua Umum PSSI dan jajaran Komite Eksekutif buat ngundurin diri. Terus ada pembinaan pelaku olahraga ama stakeholders persepak bolaan nasional.

TGIPF juga minta ada Kongres Luar Biasa buat ganti kepengurusan. Lalu, kepolisian [ke depannya] diminta buat nyamain pengamanan sepak bola sesuai standar FIFA.

Cuma, yang digarisbawahin sama Pikiran Rakyat,  siapa dan bagaimana pertanggungjawaban proses hukum dari pihak yang berwenang sehingga korban ratusan jiwa melayang sama sekali tidak dibahas oleh TGIPF.

Pixabay

Jadi yang tanggung jawab siapa?

Kalo berkaca dari mandat TGIPF, PSSI jadi pihak yang bertanggungjawab. Setelah adanya instruksi ini, Ketua PSSI, Mochamad Iriawan, nyetop penyelenggaraan kompetisi pelbagai level di Indonesia.

Saat disetop, PSSI ngelakuin sejumlah kegiatan. Mulai dari ngunjungin korban Tragedi Kanjuruhan, ngasih santunan, sampai main bola bareng ama Presiden FIFA, Gianni Infantino.

Tapi, main bola bareng Presiden FIFA enggak sekadar cari keringet aja. Soalnya, klaim PSSI, ada banyak yang diobrolin soal perbaikin sepak bola Indonesia. Iya, iya, iya...

Terus, bentuk tanggung jawabnya apa?
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.


[Enggak ada jawabannya, ngab. Coba aja lo cari-cari di media massa, apa bentuk pertanggungjawabannya? Makanya gue kosongin jawabannya *sinyal ilang].

Tenor

 

Oke, lanjut, deh, apa lagi?

Ini udah 4 bulan Tragedi Kanjuruhan. Cuma, kayak yang gue mention di atas, enggak ada kasus yang beres.

Kalo ditanya sampai mana kasusnya. Cuma bisa bilang "OTW" aja sih kayaknya. Soalnya yang gue baca di Pikiran Rakyat juga kasusnya lagi DIDALAMI.

Oke si Arema FC gimana?

Sejak kejadian ini, PSSI via Komisi Disiplin udah jatuhin hukuman. Arema FC enggak dibolehin lagi bermarkas di Stadion Kanjuruhan sampai Liga 1 2022/23 rampung. Enggak cuma itu, Arema FC juga didenda sebesar Rp5 miliar sama bidang hukum federasi sepak bola nasional itu.

Baca juga: Asosiasi Bola Dunia FIFPro Desak FIFA Beresin PSSI yang Bubarin Liga 2 sama Liga 3

Si Arema FC bisa enggak sih dimintain pertanggungjawabannya?

Ya jelas bisalah. Selain minta pertanggungjawabannya, Aremania yang jadi fan fanatik Arema bahkan minta klub beralias Singo Edan ini mundur dari kompetisi Liga 1.

Cuma faktanya, Arema FC memilih enggak bersikap. Manajemen mereka belum ngegubris permintaan tanggung jawab dari Aremania.

Akhirnya--karena kesabaran Aremania udah abis kali, ya, kantor Arema didemo dan dihancurin. Update dari Detik per 29 Januari 2023, unjuk rasa berujung ricuh dengan 107 orang diamanin kepolisian Malang.

Tenor

Arema Pertimbangin buat Terima Usulan Pembubaran

Arema akhirnya menyatakan sikap. Mereka lagi pertimbangin buat bubarin klub atas permintaan Aremania dan begini bunyi pernyataan klub via Komisaris PT. Arema Aremania Bersatu Berprestasi Indonesia (PT. AABBI) Tatang Dwi Arfianto.

"Upaya yang ditempuh dan dihadapi klub Arema FC pascamusibah Kanjuruhan sudah dilakukan, mulai membuka crisis center untuk membantu penanganan korban, menghadapi proses dan gugatan hukum baik pidana dan perdata serta menjaga eksistensi klub agar tetap menjalani kompetisi meskipun dengan berbagai sanksi dan denda dari federasi, memberikan layanan trauma healing, serta menjaga eksistensi klub agar tetap bertahan. Kami sangat memahami suasana duka yang berkepanjangan, kami akan terus berusaha dan berupaya agar situasi ini kembali normal."

"Tentu kami merespon atas insiden ini. Direksi dan manajemen berkumpul, membicarakan langkah berikutnya seperti apa. Jika sebelumnya kita memikirkan banyak masyarakat Malang yang hidup dari sepakbola utamanya Arema FC, seperti UMKM, pedagang kaki lima sampai usaha kecil lainnya. Tapi jika dirasa Arema FC ini dianggap mengganggu kondusifitas, tentu ada pertimbangan tersendiri terkait eksistensinya atau seperti apa tapi kami tetap menyerahkan kepada banyak pihak."

Udah dulu, ya, update-nya. Kayaknya udah cukup menggambarkan deh. 

Writer: Alan Kusuma

Why don't you check this?