Wabah Leptospirosis yang dibawa oleh kencing tikus melanda Jawa Timur. Dilancir CNN Indonesia, Dinas Kesehatan Jawa Timur mencatat sudah ada 249 orang, 9 di antaranya meninggal dunia, terbanyak di Pacitan.
Kematian warga tersebut diduga diperparah dengan adanya riwayat komorbid. Sejumlah warga yang positif masih mendapat perawatan.
Dilansir Detik.com, Dinkes Pacitan menegaskan wabah ini kerap terjadi di kawasan perbukitan dan lahan pertanian ketika banjir atau musim hujan. Penularan bisa terjadi jika seseorang sedang mengalami luka di organ tubuh.
Penyakit ini disebabkan oleh bakteri leptospira yang biasa dibawa oleh kencing dan kotoran tikus. Saat musim hujan, tikus akan keluar dari sarangnya dan bersatu dengan lingkungan manusia, sehingga ketika mengeluarkan kotoran, bakterinya akan masuk ke anggota tubuh manusia yang sedang berdarah atau terluka.
"Apabila ada orang yang memiliki luka kemudian terendam air banjir yang sudah tercampur dengan kencing tikus yang mengandung bakteri lepstopira, maka orang tersebut dapat terinfeksi dan akan jatuh sakit," kata Prof dr Tjandra Yoga Aditama, MPH, Direktur Jendera Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan (P2PL) Kementerian Kesehatan dalam surat elektroniknya kepada detikHealth.
Kasus ini sudah ditemukan di berbagai daerah di Jawa Timur. Dinkes mengimbau kepada masyarakat yang aktivitas sehari-seharinya sering kontak dengan air untuk berhati-hati, apalagi yang kulitnya sedang terluka.
Selain itu, jika merasakan gejala seperti gangguan kencing, gangguan nafas, muntah dan mata merah, segera memeriksakan diri ke rumah sakit.