Anak-anak di China Pilih Jadi Full-Time Child yang Digaji Orang Tua

Kalcer 10 Agustus 2024 • 08:00

Editor: Inggita Widia

cover
Freepik

Kerja tuh capek, say. Capek banget, capek hati, capek pikiran, belum lagi capek tenaga. Pokoknya capek, lah. Pengennya cuma rebahan aja di rumah, gak ngelakuin apa-apa tapi digaji. 

Nah, itu lah yang terjadi sama anak-anak di China belakangan ini. Bukannya buru-buru cari kerja di perusahaan biar dapat duit, mereka malah maunya jadi full-time child di rumah yang digaji sama orang tua. 

Jadi gini, anak-anak muda ini nggak lagi ngejar kerjaan di luar rumah, tapi mereka malah dibayar buat bantu-bantu di rumah dan ngurus orang tua mereka. Mulai dari kerjaan rumah tangga sampai jadi pengasuh, semuanya diganti dengan duit dari orang tua mereka.

Di Douban, salah satu platform media sosial di China, ada grup yang namanya "Full-time Children’s Work Communication Centre" dengan anggota sekitar 4.700 orang. Dan hashtag "anak full-time" udah ditonton lebih dari 3,1 juta kali di Xiaohongshu, semacam Instagram-nya China.

Nah, buat lo yang penasaran, kenapa sih tren ini bisa booming? Ternyata, tren ini nggak cuma ngasih solusi sementara buat anak-anak muda yang lagi kesulitan cari kerja, tapi juga bisa ngebantu ngurangin beban pemerintah China yang lagi hadapi populasi menua.

Baca juga: China Punya Panti Jompo Khusus Gen Z dan Milenial

 

Apakah mereka jadi beban orang tua?

Ada yang ngerasa tren ini cuma reinkarnasi dari istilah "ken lao" alias "generasi yang makan dari orang tua" yang muncul tahun 2000-an. Biasanya mereka disebut sebagai "boomerang kids" atau Neet (not in education, employment, or training). 

Tapi bedanya, banyak dari anak-anak full-time ini yang serius banget ngejalanin "karier" mereka dan ngerasa kalau ngurus orang tua itu kayak kerjaan beneran yang butuh dedikasi tinggi.

Ada deskripsi kerjaan anak full-time yang bilang, "Lo harus selalu siap siaga, bales pesan WeChat orang tua, dan angkat telepon kapan pun mereka hubungi. Jangan pernah bilang nggak, bahkan untuk hal sepele sekalipun. Selalu ajak mereka ngobrol, dan kasih dukungan emosional lewat sentuhan atau pelukan. Jangan lupa juga buat nyelesain konflik dengan baik."

Baca juga: Tren China: Ada Jasa Peluk & Cium Dijual Kaki Lima di Jalan

 

Kenapa sih, mereka gak kerja “beneran” aja?

Karena capek sama persaingan kerja. Bayangin aja, tahun 2024, ada 11,79 juta lulusan universitas yang masuk pasar kerja di China. Bagi mereka, jadi anak full-time itu kayak pelarian dari persaingan kerja yang ketat dan tuntutan jam kerja yang panjang.

Tahun lalu, tingkat pengangguran di kelompok usia 16-24 naik selama enam bulan berturut-turut, sampai mencapai rekor 21,3 persen pada Juni lalu.

Anak-anak muda yang hadapi situasi kerja yang sulit ini akhirnya mengadopsi pola pikir seperti “lying flat” atau “biarin aja”, mirip dengan anak-anak full-time yang pesimis soal pasar kerja di China.

Tapi nggak semua anak full-time ini putus asa, loh. Banyak juga yang tetap belajar di waktu luangnya buat persiapan ujian masuk PNS atau ujian pascasarjana yang super kompetitif di China.

Ada satu anak full-time yang cerita di Douban kalau dia butuh waktu tiga tahun kerja buat orang tuanya sebelum akhirnya lulus ujian jadi guru sekolah negeri.

 

Gaji tergantung kebaikan hati orang tua masing-masing

Ini yang lucu. Kalo kerja kantoran, mereka punya rate di posisi dan daerah tertentu. Tapi, kalo jadi full time child, lo digaji sesuai sama kemampuan orang tua. Contohnya Nianan, seorang wanita 40 tahun yang jadi anak full-time, cerita kalau rutinitas hariannya termasuk nari bareng orang tuanya di pagi hari, nemenin belanja ke pasar, dan masak bareng bokapnya di malam hari. Dia juga ngurusin semua urusan elektronik di rumah, jadi sopir keluarga, dan ngerencanain satu atau dua trip keluarga tiap bulan.

Sebagai gantinya, Nianan digaji 4.000 yuan (sekitar Rp 8 juta) per bulan, yang sebenarnya di bawah gaji rata-rata 6.000 yuan (Rp 13 juta), yang dianggap gaji kelas menengah di beberapa wilayah China.

Gaji anak-anak full-time ini berkisar antara 3.000 (Rp 6,6 juta) sampai 6.000 yuan (Rp 13 juta), tergantung seberapa murah hati orang tua mereka.

China sendiri lagi menghadapi masalah populasi yang cepat menua, dan anak-anak full-time ini mungkin bisa sedikit ngebantu ngurangin tekanan yang akan dihadapi layanan sosial China nantinya.

Data menunjukkan bahwa dalam dekade berikutnya, hampir sepertiga populasi, atau sekitar 400 juta orang, bakal keluar dari angkatan kerja China.

Source: South China Morning Post

Baca juga: Tren di China: Usap Pantat Domba Untuk Bantu Hilangkan Stres

 

 

 

Nikmati "satu aplikasi, beragam hiburan terkini" mulai dari berita, kuis, video, dan artikel rekomendasi terkini eksklusif untuk Gen Z dan Milenial. Tunggu apa lagi? Unduh aplikasi KUY! sekarang di Google Play Store dan App Store.

Why don't you check this?