Happy World Children’s Day 2023! Sudah Bahagiakah Anak-Anak Indonesia Saat Ini?

Lifestyle 20 November 2023 • 15:20

Editor: Inggita Widia

cover
The Borgen Project

Adek-adek, setiap tanggal 20 November, kalian dirayakan. Yeayy!!! 

Selamat hari anak sedunia buat para anak-anak di luar sana. Perayaan ini diadain sama Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) sejak tahun 1954. Tujuannya, buat mempromosikan dan merayakan hak asasi anak.

Jadi, jangan anggap kalo lo gak pernah dirayakan. Tungguin aja tanggal 20 November, lo bakal ngerayain hari anak bareng anak-anak lain di dunia. 

Nah, tahun ini, Hari Anak Sedunia punya tema “for every child, every right”. Lo tau kan kalo anak-anak itu punya hak-hak yang harus dipenuhi biar hidup mereka bahagia. Pak Ridwan Kamil, Gubernur Jawa Barat, aja dua tahun lalu pernah ngomong kalo kunci dari hak dasar anak-anak adalah bahagia.

Pertanyaannya adalah…

Sudah bahagiakan anak-anak di Indonesia saat ini?

hari anak sedunia 2023

Source: The Borgen Project

Baca juga: Kata WHO, Kesepian Jadi Ancaman Masalah Kesehatan Global

 

Biar kalian paham dan gak ngaku-ngaku sebagai anak-anak, pahami dulu kalo sesuai Undang-undang No 23 Tahun 2002, yang disebut anak-anak adalah orang yang belum berusia 18 tahun ya, termasuk anak yang masih dalam kandungan.

Jadi kalo kalian yang berusia 18 tahun ke atas, klean gak diajak.

Anyway, balik lagi ke masalah kebahagiaan, bahagia berkaitan erat sama hak-hak anak-anak yang terpenuhi. Jujurly, gak ada riset tentang kebahagiaan anak-anak, jadi ayo kita intip dari laporan-laporan yang ada aja.

Menurut UNICEF, ada sekitar 80 juta anak-anak di Indonesia dan 46 juta diantaranya tinggal di daerah perkotaan. Kebahagiaan anak-anak diukur dari berbagai faktor mulai dari faktor biologis, cara mereka interaksi sama orang lain, dan lingkungan sekitar mereka. 

Kata UNICEF, kehidupan anak-anak di perkotaan lebih baik dari pada di pedesaan. Tapi, anak-anak yang hidup di kota atau desa masih sama-sama mengalami ancaman kesejahteraan. 

Mereka masih mengalami bahaya alam, resiko lingkungan, dan isu sosial kayak kekerasan dan diskriminasi. 

Data dari tahun 2018, lebih dari 12 persen anak-anak di Indonesia tinggal di bawa garis kemiskinan. Sekitar 90 persen anak-anak, khususnya perempuan, mengalami beberapa bentuk kemiskinan selama kehidupan mereka. Termasuk gak mendapat kesempatan pendidikan, gizi, keamanan, dan masih banyak lagi.

Terus gimana tentang kesehatan? Hmm, rekor kematian anak di Indonesia beragam. Contohnya, diperkirakan ada 91.000 bayi baru lahir meninggal setiap tahun di Indonesia karena penyakit.

Beberapa kematian juga disebabkan karena kurangnya kebersihan dasar kayak air mengalir, fasilitas cuci tangan, dan jamban di sebagian besar wilayah pusat kesehatan dan unit bersalin.

Sedihnya lagi, sekitar 630.000 orang hidup dengan virus HIV di Indonesia, dan 14.000 diantaranya adalah anak-anak di bawah 15 tahun. Di tahun 2018, ada 12.000 ibu hamil yang hidup dengan HIV dan berpotensi nularin ke bayinya yang belum lahir.

Baca juga: Milenial & Boomer vs Gen Z: Mental Anak Zaman Now Lebih Lemah, Apa Iya?

 

Mental health anak

Kalo tadi tentang kesehatan fisik, ini tentang kesehatan mental. Data survei tentang anak-anak sekolah di Indonesia menunjukkan kalo lebih dari 5 persen anak berusia 13-17 tahun pernah berpikir buat bunuh diri. 

Rata-rata anak perempuan lah yang punya kecenderungan buat berpikir kayak gini. Anak-anak punya penyakit mental biasanya muncul di siswa SMA antara usia 16-17 tahun. 

Hal ini juga disebabkan karena tingginya tingkat kekerasan anak di Indonesia. Ada survei dari Kemen PPPA menemukan kalo 62 persen anak perempuan dan laki-laki pasti ngalamin satu atau lebih bentuk kekerasan dalam hidup mereka.

Survei ini juga menemukan kalo satu dari 11 anak perempuan dan satu dari 17 anak laki-laki mengalami kekerasan seksual. Data terkini mengungkapkan kalo anak-anak
di Indonesia rentan terhadap agresi psikologis dan fisik hukuman di rumah mereka

Ada survei lain di tahun 2018 yang menemukan kalo 41 persen anak berumur 15 tahun di Indonesia mengalami bullying seenggaknya beberapa kali dalam sebulan. Ya jelas, hal ini bikin mereka mengalami kekerasan fisik dan psikologi.

Ohiya, masih banyak banget anak-anak di Indonesia yang mengalami kekerasan fisik kayak dipukuli atau ditampar, sama orang-orang sekitarnya. Entah sama teman, bahkan keluarganya sendiri.

Di media sosial juga sama. Studi MoWCEP menyimpulkan kalo 12–15 persen anak laki-laki dan anak perempuan usia 13–17 tahun pernah mengalami kekerasan lewat media sosial.

 

Kesimpulannya, apakah mereka bahagia?

Gini, UNICEF juga merilis tingkat kebahagiaan anak-anak di dunia tahun 2020 lalu. Hasilnya, Indonesia gak ada dalam urutan atas, guys. Wkwkw

Menurut data UNICEF, anak-anak dengan tingkat kebahagiaan paling tinggi ada di Belanda, lalu disusul Denmark, Norwegia, Swiss, dan Finlandia. 

Tapi tenang, di tahun 2023, ada World Happiness Report. Dari 137 negara, orang Indonesia punya tingkat kebahagiaan di urutan 84 guys. Ya, mungkin aja anak-anak di Indonesia gak sebahagia anak-anak di negara lain, tapi seenggaknya orang dewasa di Indonesia gak depresi-depresi banget, jadi masih bisa kasih kebahagiaan buat anak-anak. 

Baca juga: Polusi Udara Memicu Anak Jadi Stunting, Kok Bisa?

 

Nikmati "satu aplikasi, beragam hiburan terkini" mulai dari berita, kuis, video, dan artikel rekomendasi terkini eksklusif untuk Gen Z dan Milenial. Tunggu apa lagi? Unduh aplikasi KUY! sekarang di Google Play Store dan App Store.

Why don't you check this?