Kenapa Tahun Kabisat Punya 366 Hari?

Sci & Tech 29 Februari 2024 • 09:00

Editor: Inggita Widia

cover
iStock

Lo pernah overthinking gak sih, kenapa tahun kabisat punya 366 hari? Padahal kan kita biasanya nyebut satu tahun cuma ada 365 hari. Dan katanya Bumi butuh 365 hari buat satu putaran penuh. Nyatanya, sebenarnya Bumi butuh 365 setengah hari.

Tahun kabisat ini bantu jaga keselarasan kalender 12 bulan dengan pergerakan Bumi mengelilingi Matahari.

Jadi setelah empat tahun, sisa jam tersebut jadi satu hari penuh. Nah di tahun kabisat, kita menambahkan sisa jam ini ini ke bulan Februari, jadi bulan itu jadi 29 hari, bukan 28 kayak biasanya.

Ide nambahin hari ini ternyata udah dari jaman Romawi kuno, mereka punya kalender 355 hari karena ikutin fase bulan. Tapi mereka nyadar kalender mereka makin out of sync sama musim, alias enggak sejalan sama musim, jadi tiap dua tahun sekali mereka nambahin bulan ekstra, namanya Mercedonius.

Terus, di tahun 45 SM, Kaisar Romawi, Julius Caesar, memperkenalkan kalender matahari yang dasarnya dari Mesir. Tiap empat tahun, Februari dapet tambahan satu hari biar tetep nyambung sama perputaran Bumi ke Matahari. Dan sampe sekarang, sistem ini masih dikenal sebagai kalender Julian, menghormati sang Caesar.

Tapi, seiring berjalannya waktu, kita pada ngeh kalau perjalanan Bumi itu enggak persis 365,25 hari, malah lebih tepatnya 365,24219 hari, yang kira-kira 11 menit lebih dikit. Jadi, menambah satu hari setiap empat tahun itu kayaknya harus dikoreksi dikit deh.

Di tahun 1582, Paus Gregorius XIII menandatangani perintah yang membuat penyesuaian kecil. Tetep ada tahun kabisat tiap empat tahun, kecuali di tahun "abad" atau tahun yang bisa dibagi 100, misalnya 1700 atau 2100. Tapi, ada pengecualian kalo tahun itu juga bisa dibagi 400. 

Mungkin kedengarannya kayak teka-teki, tapi penyesuaian ini bikin kalender jadi lebih akurat, dan sejak saat itu dikenal sebagai kalender Gregorian.

Baca juga: Gimana Kalo Bumi Punya 2 Bulan?

 

Kalo gak ada tahun kabisat, gimana tuh?

Kalender bakal makin kacau sama musim. Lama-lama, solstices sama equinoxes bisa nyelonong sendiri dari waktu yang diharapkan. Jadi, musim dingin bisa muncul pas di kalender menunjukin musim panas, dan petani bisa bingung kapan nyiapin ladang.

Beberapa kalender dunia punya trik masing-masing buat ngatur waktu. Kalender Yahudi contohnya, gabungan fase bulan sama Matahari, kayak puzzle gede dengan siklus 19 tahun. Kadang-kadang, mereka nambahin bulan ekstra buat pastiin perayaan khusus di momen yang pas.

Kalender Islam lebih unik lagi. Ngikutin fase bulan dan gak nambahin hari ekstra. Karena satu tahun lunar cuma sekitar 355 hari, tanggal-tanggal penting di kalender Islam jadi maju 10-11 hari setiap tahunnya di kalender surya.

Contohnya, Ramadan, bulan puasa dalam kalender Islam, jatuh pada bulan kesembilan. Pada tahun 2024, Ramadan akan berlangsung dari 12 Maret hingga 11 April, pada 2025, akan terjadi dari 2 hingga 30 Maret, dan pada 2026, akan dirayakan mulai sekitar tanggal 17 Februari hingga 18 Maret.

Jadi, sekarang lo tau kan, tahun kabisat itu bukan cuma trik kalender aja, tapi juga cerminan gimana astronomi jadi cara buat ngertiin kehidupan sehari-hari kita, dan menghubungkan peristiwa di sekitar kita dengan fenomena langit. Konsep tahun kabisat itu ngasih gambaran gimana dari dulu manusia udah nemu keteraturan di tengah kekacauan yang ada di sekitar kita.

Tools sederhana dan efektif yang lahir dari ide kreatif astronom dan pembayang masa depan, jadi jendela pertama kita buat ngertiin alam. Metode-metode kuno kayak astrometri dan daftar objek astronomi masih relevan sampai sekarang, hal ini nunjukin bahwa keingintahuan buat ngertiin alam udah dari dulu banget.

Nah, orang-orang yang melakukan penelitian di bidang fisika dan astronomi pengen tau banget nih tentang kerja alam semesta. Makanya mereka belajar terus tentang luasnya ruang dan waktu, termasuk nambahin hari ekstra di tahun kabisat.

Source: The Conversation

Baca juga: Alam Semesta Ada Ujungnya Gak Sih?

 

Nikmati "satu aplikasi, beragam hiburan terkini" mulai dari berita, kuis, video, dan artikel rekomendasi terkini eksklusif untuk Gen Z dan Milenial. Tunggu apa lagi? Unduh aplikasi KUY! sekarang di Google Play Store dan App Store.

Why don't you check this?