Kita ini kerja untuk hidup, dan hidup untuk kerja. Ya namanya juga kita ada di keadaan di mana kalo gak hustle dianggap gak akan sukses. Terus sekarang, kita harus menghadapi AI yang makin lama mulai meresahkan.
Lo tau kan, kalo AI makin lama udah ngambil alih kerjaan kita. Dilansir dari Insider, ada 49% orang yang mulai khawatir kehilangan pekerjaan mereka karena digantiin AI.
Baca juga: 5 Rekomendasi Tempat Spa di Bintaro Buat Me-time Berkedok Self Healing
AI mulai mengintimidasi karyawan
Gimana cara biar gak terintimidasi sama AI?
Gue sebagai writer, udah ngeluarin sinyal waspada karena hadirnya ChatGPT yang bisa gantiin writer. Gak cuma writer, banyak pekerjaan yang berpotensi hilang karena AI.
Tapi tenang, kata profesor teknik di Massachusetts Institute of Technology Yossi Sheffi bilang, ChatGPT gak akan menggantikan lo, mereka akan mengubah pekerjaan lo. Jadi lo yang harus belajar lagi.
Dia bilang, pekerjaan di masa depan mungkin lebih banyak membutuhkan quality control. Inget ya, AI gak sesempurna itu dan butuh pemantauan yang konstan. Misalnya, di jurnalisme AI bisa ubah transkrip wawancara jadi artikel berita. Tapi, manusia tetep harus mengawasi dan kasih penilaian yang sesuai konteks.
AI bisa aja kasih informasi yang salah di berita. Tugas lo, yang ngecek kebenaran dari yang AI bikin.
Coba kita berdiri di sisi yang lain. Masih dilansir dari Insider, ada 73% orang yang ngerasa nyaman sama kehadiran AI. AI tools ngebantu mereka ngerjain pekerjaan, apalagi pekerjaan dibidang creative.
Bahkan, 80% orang bilang kalo AI tools bantu mereka ngerangkum hasil meeting. AI juga bantu mereka keluar dari burnout.
Baca juga: Rekomendasi 5 Hotel Murah di Jakarta yang Ada Bathtub Buat Healing Kayak Selebgram
Rasa kemanusiaan yang AI gak punya
Tenang guys, AI gak punya feeling kayak manusia. Ada banyak banget keterbatasan AI. dia gak paham konteks, gak bisa ngejalin persahabatan, dan gak punya kode moral.
Karakteristik kayak gini yang dibutuhin perusahaan. Walaupun semua pekerjaan udah digantiin AI, manusia tetep dibutuhin. Keterampilan orang, rasa empati, dan komunikasi sangat dibutuhin, apalagi mengingat kalo manusia itu makhluk sosial. Interaksi manusia adalah inti dari budaya kerja. Khawatir itu sia-sia.
Let’s make this more clear, bukan AI yang bikin artikel ini.
Baca juga: Artificial Intelligence vs Nuklir, Mana yang Benar-benar Bisa Membunuh Manusia?
Nikmati "satu aplikasi, beragam hiburan terkini" mulai dari berita, kuis, video, dan artikel rekomendasi terkini eksklusif untuk Gen Z dan Milenial. Tunggu apa lagi? Unduh aplikasi KUY! sekarang